Tuesday, December 20, 2016

Semua Akan Mudah Dengan Berfikir Positif


Berpikir positiflah, maka sebagian besar persoalan bakal sirna. Klausa ini tertanam kuat dalam diri founder PT Syailendra Capital Jos Parengkuan. Ia menerapkan prinsip, nilai-nilai, dan filosofi tersebut dalam berkarier, berbisnis, dan menjalani kehidupan pribadinya.

Sebagai seorang pengelola dana (fund manager), Jos yakin betul bahwa filosofi berpikir positif dapat menjadi penentu perbedaan antara pengelola dana yang baik (good fund manager) dan pengelola dana kebanyakan (average fund manager).

“Orang yang selalu berpikir positif akan bertindak tenang dan rasional. Dengan berpikir positif, segala hal akan terasa lebih mudah,” ujar Jos Parengkuan kepada wartawan Investor Daily Muhammad Rausyan Fikry di Jakarta, belum lama ini.

Senantiasa berpikir positif sangat bermanfaat, baik dalam menjalankan kehidupan pribadi sehari-hari maupun dalam berkarier. Tapi tak mudah untuk selalu bisa berpikir positif. Dalam praktiknya, manusia lebih mudah untuk terus berpikir negatif.

“Padahal, berpikir negatif akan membuat siapa pun buta terhadap peluang yang ada dalam setiap kesulitan yang dihadapinya,” papar Jos, yang sejak September 2016 didaulat menjadi presiden komisaris setelah 10 tahun menyandang jabatan presiden direktur Syailendra Capital.

Nilai-nilai tentang pentingnya berpikir positif tertanam kuat dalam diri Jos Parengkuan sejak ia bersama dua rekannya membangun Syailendra Capital menjelang akhir 2006.

Hanya bermodalkan kepercayaan klien-klien tempat bekerja sebelumnya, Jos bersama dua rekannya mampu mencatatkan Syailendra sebagai salah satu perusahaan manajer investasi (MI) dengan pertumbuhan dana kelolaan (asset under management/ AUM) paling agresif di Indonesia.

Apa visi bisnis Jos Parengkuan? Apa pula obsesinya selama puluhan tahun malang melintang di industri pasar modal? Bagaimana ia menghadapi pasang surut industri pasar modal? Berikut petikan lengkap wawancara dengan pria kelahiran 2 September 1964 tersebut.

Mengapa Anda menganggap berpikir positif adalah hal terpenting?

Saya percaya jika kita berpikir positif maka masalah bakal jauh lebih sedikit. Berpikir positif bisa membuat kita lebih rasional. Saya melihat masalah yang dihadapi kebanyakan orang saat ini terjadi karena mereka mudah berpikir negatif. Itu malah menyusahkan diri sendiri. Memikirkan hal-hal yang tidak perlu, seperti mendengar orang ngomong sesuatu langsung negative thinking. Padahal tidak ada apa-apa, malah dia galau sendiri.

Berpikir positif pula yang membuat saya sering dibilang jarang stres dan awet muda. Kenyataannya, dalam hidup, saya jauh lebih rileks dan lebih rasional. Ini sangat diperlukan sebagai fund manager.

Kunci sebagai fund manager bagi saya bukan hanya dapat menganalisa saham. Yang paling sulit menjadi fund manager adalah bagaimana berpikir rasional saat market sedang bergejolak. Itu yang paling susah. Bagaimana caranya agar tidak terbawa arus. Saat pasar greedy, saya harus berpikir rasional.

Pengalaman Anda paling berkesan tentang berpikir positif?

Syailendra mulai beroperasi pada Januari 2007. Sebagai new kid on the block, saat itu kami dianggap bukan apa-apa di industri pasar modal. Tetapi under asset management (AUM) kami bertumbuh begitu cepatnya. Dalam waktu satu tahun, dana kelolaan kami mencapai Rp 1 triliun.

Kami hanya profesional pasar modal. Di belakang kami tidak ada bank besar atau perusahaan besar. Kami juga tidak membawa bendera seperti Schroders yang namanya sudah mendunia. Kami mulai dari nol, AUM kami benar-benar nol waktu memulai usaha. Modalnya kepercayaan teman-teman dan sejumlah klien lama kami.

Saat kami tumbuh pesat, mulailah orang-orang nyinyir. Banyak sekali orang yang berkata miring mengenai Syailendra, menganggap kami bermain saham spekulatif, menggunakan transaksi margin dan sebagainya.

Omongan nyinyir itu sampai membuat otoritas pasar modal mengaudit Syailendra. Kebanyakan orang mungkin langsung galau, tetapi saya tidak. Saya bilang kepada partner untuk tetap tenang dan harus bersyukur.

Harus bersyukur?

Harus bersyukur, karena jika banyak orang berbicara miring berarti kami something. Kalo kami nothing tidak bakal ada yang mau ngomongin kami. Berarti banyak yang iri dan nyinyir. Makanya kami tidak terlalu memusingkan omongan orang. Kami fokus apa yang bisa kami kerjakan untuk klien. Itu ujian pertama Syailendra.

Bagaimana Syailendra melewati krisis finansial 2008?

Kami adalah manajer investasi pertama yang mampu me-recover AUM seperti sebelum krisis. Bagaimana saya bisa tahu? Karena semua klien datang, kemudian bilang, reksa dana bapak yang pertama recover. Reksa dana klien saya di beberapa perusahaan lain masih rugi. Syailendra berhasil pulih dalam enam bulan.

Apa yang sesungguhnya terjadi pada 2008?

Pada 2008 itu market sedang seru-serunya dan tiba-tiba crash, dimulai dengan kebangkrutan Lehman Brothers. Waktu itu terjadi, pasar turun dalam. Reksa dana turun sampai 50-60%, parah sekali.

Karena kami cukup lama di dunia pasar modal, kami tahu sumber masalah itu di Amerika Serikat (AS), bukan di Indonesia. Saya bicara kepada nasabah. Saya mengalami krisis moneter 1998 dan saya yakin tahun 2008 kami dapat melalui krisis jauh lebih cepat dibandingkan 1998. Meskipun nasabah akhirnya tidak menarik dananya, mereka tetap tidak percaya omongan saya. He, he, he...

Dalam dua minggu, setiap hari saya bertemu nasabah, menenangkan mereka sehingga mereka bisa berpikir rasional. Menurut saya, ini saat yang paling tepat untuk masuk ke pasar. Saya ingat ucapan Warren Buffett bahwa waktu terbaik untuk membeli adalah saat semua orang sedang ketakutan. Waktu terbaik untuk menjual adalah saat setiap orang sudah greedy. Dari seluruh nasabah, mungkin hanya satu-dua orang yang percaya cerita saya.

Keberhasilan saya adalah menenangkan klien supaya tidak redemption. Setelah dua minggu, saya tanya marketing, apakah ada klien yang top up dana? Jawabnya tidak ada. You see.. Berarti teori saya benar, itu saat yang tepat untuk masuk ke pasar. Waktu itu, tingkat ketakutan sudah sangat tinggi. Sampai mereka buta, tidak bisa lihat lagi harga saham sudah terlalu murah.

Yang Anda lakukan saat itu?

Pada Oktober 2008, saya perintahkan teman-teman masuk ke pasar secara agresif. Pada akhir Oktober, saya habiskan semua cash yang ada. Saya beli semua saham berkapitalisasi besar. Saya bilang kepada tim untuk tidak sok pintar. Beli saja saham simpel, seperti BBCA, TLKM, ASII, dan BBRI. Akhirnya saya cukup bangga untuk bilang bahwa pada Mei 2009 nilai aktiva bersih (NAB) kami sudah kembali seperti sebelum crash.

Gaya kepemimpinan Anda?

Saya menyadari tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling benar. Ada yang bilang pemimpin harus ditakuti, sehingga semua orang bakal mengikuti yang diinstruksikannya. Tetapi saya bukan tipe seperti itu, saya lebih bertipe manajemen yang kekeluargaan.

Saya anggap semua karyawan sebagai keluarga. Di sini semua orang bisa masuk ke ruangan saya untuk meminta waktu ngobrol dengan saya. Mulai dari supir, office boy, semua bisa, tidak ada batas.

Dampaknya terhadap perusahaan?

Management style saya seperti itu karena saya percaya bahwa dari pengalaman saya berkarier, hampir semua karyawan tidak happy. Penghasilan not bad, tapi karyawan berkeluh kesah terus.

Menurut saya, itu akibat suasana kerja yang tidak nyaman. Kalau suasana tidak nyaman, kita tidak bisa mengharapkan karyawan memberikan yang terbaik. Makanya saya selalu menganggap karyawan sebagai family. Gaya kepemimpinan saya terbukti, dibanding manajer investasi lain, employment turnover Syailendra paling sedikit.

Selama 10 tahun hanya ada dua orang yang pindah ke perusahaan kompetitor kami. Kebanyakan karyawan di sini tidak pernah pindah, termasuk office boy dan pengemudi. Dengan prinsip kekeluargaan, produktivitas juga bisa lebih bagus.

Dari mana Anda mendapatkan gaya kepemimpinan tersebut?

Gaya kepemimpinan itu murni ide saya. Baru pulang kuliah di London, saya kerja di Citibank, salah satu institusi terbesar di Indonesia. Pintar-pintar semua, tapi tidak pada happy. Saya bingung, tempat kerja keren, gaji lumayan, tetapi tidak bahagia.

Di sini tidak ada politik, semua teman. Dari pelajaran sebelumya, menurut saya, salah satu kunci keberhasilan perusahaan adalah suasana yang nyaman. Bisa mengurangi employment turnover dan meningkatkan produktivitas karyawan.

Bisa cerita bagaimana Anda membangun Syailendra?

Pertama kali membangun Syailendra, kami juga bingung, bagaimana supaya bisa dikenal, kemudian mendapatkan kepercayaan orang. Pesaing kami hebat-hebat. Akhirnya saya bilang, filosofi bisnis Syailendra adalah bukan pengikut dari crowd yang sudah ada. Kami harus tampil beda. Kami adalah manajer investasi pertama yang memberlakukan fee performance pada fund kami.

Bisnis fund management adalah bisnis kepercayaan. Kami sangat percaya bahwa kinerja fund bukan segalanya. Saya belajar dari filosofi Warren Buffett agar tetap konsisten memberikan return. Banyak hedge fund yang mampu memberikan return lebih tinggi dari Buffett. Tetapi tidak ada yang lebih bagus dari Buffett, karena dia konsisten. Yang penting adalahh konsistensi.

Filosofi kedua Syailendra adalah percaya bahwa dalam kesulitan pasti ada kesempatan. Itu saya pelajari dari pendiri Lippo Pak Mochtar Riady. Dia pernah bilang kepada saya bahwa dalam bahasa Tiongkok, krisis itu berarti wei chi. Wei berarti bahaya dan chi berarti peluang.

Jadi, sejak dahulu, orang Tiongkok tahu bahwa di dalam kesulitan ada dua elemen, yaitu bahaya dan peluang. Kenyataannya itu sangat benar. Makanya saya selalu berpikir positif. Lewat filosofi itu, saya bangga untuk mengatakan bahwa Syailendra berhasil membukukan profit pada tahun pertama berdiri.

Perusahaan MI itu biasanya rugi di tahun pertama hingga kedua. Tetapi kami tidak. Langsung profit, langsung bagi bonus. He, he, he...

Peran keluarga bagi Anda?

Saya bertemu anak-anak saya hanya pada hari Minggu. Sebagian besar bertemu pada Sabtu sore dan hari Minggu. Meski tidak banyak waktu untuk bertemu, hubungan saya dengan anak dekat sekali. Mereka cerita semuanya, bahkan untuk hal-hal yang bersifat pribadi. Jadi, bukan seberapa sering bertemu, tetapi seberapa berkualitasnya.

Saya jarang bertemu mereka, tetapi saat bertemu kualitasnya bagus. Terkadang saya ajak mereka ngopi, ngobrol. Mereka nyaman bercerita karena saya memperlakukan mereka seperti teman. Bahkan, saya sering diajak anak lelaki saya yang berusia 16 tahun ikut nongkrong dengan teman-temannya. Kadang-kadang saya ikut ajakan dia. Teman-teman anak saya juga menjadi teman saya di Instagram.

Saya selalu menjadi pendengar yang baik, diajak ngobrol apapun bisa. Walaupun gila kerja, saya tetap berusaha balance. Kita harus terbuka kepada anak, menjadi pendengar yang baik. Kita tidak bisa memaksakan kemauan kepada mereka, tetapi terus mendorong mereka menjadi lebih baik.

Syailendra akan dikembangkan seperti apa?

Cita-cita kami, kami ingin selalu menjadi yang terbaik. Tetapi apakah yang terbaik itu selalu yang terbesar? Menurut saya, yang terbaik tidak selalu yang terbesar. Saya selalu punya kekhawatiran bila perusahaan terlalu besar justru saya tidak bisa menjaga suasana kekeluargaan.

Idealnya perusahaan bisa lebih besar, tetapi suasana kekeluargaannya tetap seperti sekarang. Bagaimana caranya? Saya selalu takut jika berkembang pesat. Saat ini, total karyawan Syailendra berjumlah 45 orang. Jika berkembang menjadi 100 orang, misalnya, saya khawatir tidak bisa menjaga suasana kekeluaragaannya.

Ada rencana go public?

Tidak perlu go public, tidak pernah terpikirkan. Saya lebih suka dengan kondisi saat ini. Menurut saya, bisnis itu tidak bisa diukur dari sisi efisiensi untuk meningkatkan kinerja keuangan saja. Kami mau perform, tapi bukan berarti tidak bisa enjoy, harus balance semuanya.

Jika mau dihitung dengan angka semua, pasti susah, tidak akan ada habisnya. Saya sudah happy dengan keadaan saya. Dalam hidup ini, kita harus balance dan fokus pada apa yang membuat kita puas. Kalau sudah puas, nggak perlu lihat ke kiri dan ke kanan. Kalau lihat kiri kanan, bisa jadi nanti merasa tidak puas.

Sumber: beritasatu

No comments:

Post a Comment